Selasa, 27 Oktober 2009

KREATIVITAS TANPA BATAS DI INTERNET



http://notivication5.blogspot.com

Seri Membangun Bisnis Dunia Maya
Kreativitas bila dikaitkan dengan usaha, bagi saya adalah sesuatu yang cukup unik. Dalam dunia usaha, orang tentunya menciptakan sebuah nilai tambah bagi produk yang dia jual sebagai salah satu bagian dalam menciptakan diferensiasi. Atas dasar nilai tambah waktu, orang menciptakan kredit pinjaman. Atas dasar nilai tambah rasa nyaman, orang menciptakan tempat rekreasi. Atas dasar nilai tambah keamanan finansial, orang membuat produk asuransi. Demi sebuah rasa aman, terciptalah nilai tambah bagi produk semacam brangkas, alarm, sampai produk jasa semacam security service. Sampai yang lucu dan aneh-aneh, semisal ditawarkannya nilai tambah uang kertas baru yang bernilai lebih tinggi walaupun nominalnya sama, sebuah fenomena yang selalu terjadi menjelang lebaran dan mungkin hanya terjadi di negara kita. Kebalikannya, atas dasar nilai tambah yang berbeda, uang kuno kumal terbitan seratus tahun lalu, mungkin akan bernilai jauh lebih tinggi dari nominal yang tertera!

Tapi nilai tambah kreativitas (creative value added) adalah sesuatu yang tak kalah unik. Sebuah nilai tambah yang susah untuk di-standardisasi, sepertinya tidak mungkin dipelajari secara pasti polanya, dan bila menjadi inspirasi dan diikuti banyak orang kemudian, bisa jadi malah akan timbul masalah hak cipta dan sebagainya.

Nilai tambah kreativitas juga yang membuat group band Radja yang mungkin sepuluh tahun yang lalu masih hanya bermimpi masuk televisi, saat ini harus bingung membagi waktu untuk tampil di berbagai stasiun TV. Dengan kreativitas pula, orang-orang semacam Olga, Tukul, Eko Patrio, bisa membangun aset usaha mereka berlipat ribuan kali hanya dalam hitungan beberapa tahun. Atas dasar nilai kreativitas pula, sebuah lukisan bisa dihargai milyaran rupiah, sementara lukisan lain dihargai ‘hanya’ skala ratusan ribu rupiah saja, padahal keduanya menggunakan ‘modal’ yang sama besarnya bila dihitung dari segi rupiah.

Gambaran yang saya ceritakan diatas, adalah nilai tambah kreativitas di dunia nyata. Bagaimana di dunia maya? Detik ini saat saya menulis artikel inipun, saya harus mengumpulkan cukup banyak keberanian untuk sekedar mengatakan bahwa kita tak pernah tahu kreativitas apa dan model macam bagaimana yang akan menjadi nilai tambah sehingga menjadi tambang usaha bagi pelakunya.

Internet sendiri, walaupun juga ada porsi nilai tambah iptek di sana, tetap saja tumbuh berkembang atas dominasi nilai tambah kreativitas. Microsoft berdiri pertama kali karena mimpi kreativitas pendirinya. Siapa pernah membayangkan duapuluh tahun lalu, ada orang membutuhkan web-base mail. Pencetus Google, ketika ide itu pertama kali mengemuka harus rela menjadi bahan olok-olok. Sebuah mesin pencari yang kala itu sepertinya tak banyak bermanfaat, sehingga pembuat nama situs itupun sampai salah mengejanya. Tapi lihatlah sekarang, karena kreativitas mereka, ketika orang butuh sesuatu, Google adalah yang nomor satu ada dibenak mereka untuk mencari apa yang mereka inginkan.

Dan kreativitas di internet itu terus berkembang, melaju, bahkan dengan percepatan yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Muncul messenger, virtual life, avatar, chat-room, friendster, blogging, sampai kepada kreativitas-kreativitas hitam bagi orang yang tidak peduli, demi tujuannya, boleh jadi merugikan orang lain, macam program spamming, pishing, carding, semuanya adalah buah kreativitas yang bisa menciptakan nilai tambah. Tinggal yang menjadi gerbang untuk pertimbangan pilihan kita, terakhir ada pada nurani kita dalam memaknai sebuah etika ber-internet. Karena toh walaupun telah dibuat aturan dan undang-undang, kreativitas yang tercipta akan semakin banyak membuat daerah abu-abu bagi aturan itu sendiri.

Bahkan mungkin di suatu tempat sana di belahan bumi belantara dunia maya, masih banyak hasil-hasil kreativitas yang dinikmati sekelompok orang, tapi tidak semua pengguna internet mengetahuinya. Karena sebagian besar dari kita sudah terlalu bising memanfaatkan hasil kreativitas Yahoo!, Google, YouTube, Blogspot.

Pernah dengar istilah SEO? Search Engine Optimization? Juga adalah hasil nilai tambah kreativitas akibat adanya program Search Engine. Orang kemudian menciptakan kompetisi, agar dapat segera bisa ter-index di ranking tertinggi pada mesin pencari. Dan kreativitas kompetisi itu juga berkembang kepada cara-cara yang mungkin tidak etis, tapi sulit juga kalau hal itu kita cap sebagai sesuatu yang salah. Apa yang kemudian dikenal dengan istilah Black-Hat SEO. Anda punya web yang ingin segera ter-index di halaman pertama mesin pencari? Salah satu trik para Black-Hat SEO, misalnya dengan cara penuhi saja homepage situs anda dengan keyword yang banyak diketik orang. Bisa juga keyword itu sifatnya musiman, ketika heboh fitna, penuhi dengan kata itu, atau mungkin penuhi dengan kata berbau pornografi. Dan supaya tidak norak, tinggal buat saja warna font keyword itu sama dengan warna background homepage. Terlepas dari etis tidaknya, pertama kali saya tahu ide ini, tak henti-hentinya saya kagum akan hasil kreativitas ini. Nilai tambah kreativitas yang bisa berdampak kuat dari hal yang tampaknya sederhana!

Hacking, yang dulu menjadi sesuatu kegiatan yang dicurigai, para hacker dunia mulai mencoba mengubah persepsi itu, dengan cara membuat simposium hacker di sana-sini dan mengkampanyekan bahwa hacking, sebenarnya adalah buah kreativitas yang bisa mendatangkan nilai tambah bagi dunia usaha di internet.

Sekarang lagi populer YouTube. Atas kreativitas pencetusnya, orang begitu antusias dan asyik ber-eksperimen menampilkan video apa saja ke situs penampil video gratisan ini. Tidak hanya sampai di situ kreativitas mereka, YouTube juga menyediakan secara otomatis script embeded untuk setiap video yang ter-upload! Hasilnya? Anda bisa punya website sendiri dengan tampilan jendela berisi video yang anda inginkan tanpa harus rumit-rumit membuat program video yang buat pusing kepala, dan file-size yang gemuk memenuhi web-page memory dan bandwith anda. Tampaknya sepele, tapi sungguh, ketika anda berhasil mencobanya, saya yakin anda tak akan pernah bosan untuk mencoba lagi dan mencoba lagi dalam melakukan script embeded ini. Sebuah ide kreatif yang luar biasa.

Saya tak berani membayangkan ide kreatif seperti apa lagi yang akan bermunculan di tawarkan di internet. Ide kreatif yang tentunya musti bernilai tambah, sehingga bermanfaat, dan saya yakin uang hasil usaha kreatif itu akan datang dengan sendirinya. Tinggal pilihan anda, apakah anda akan menjadi bagian dari ini semua dengan selalu mencoba menciptakan nilai tambah kreatif itu, atau hanya menjadi yang ‘terbengong-bengong’ takjub di depan layar…
Posted by Tio at Monday, October 13, 2008

SEJARAH PERKEMBANGAN KREATIVITAS


“Kreativitas bukanlah menemukan sesuatu, tetapi membuat sesuatu yang lain setelah ditemukan”

- James Russell Lowell -

Adanya perhatian pada kreativitas mulai muncul pada tahun 1950an. Pada tahun 1967 terbitlah jurnal yang membicarakan mengenai kreativitas yaitu The Journal of Creative Behavior dan pada permulaan tahun 1988 terbit pula The Creativity Research Journal.

Sejarah studi kreativitas paling tidak telah menghadapi enam hal yaitu :

1. Studi kreativitas berasal dari ilmu kebatinan dan kerohanian yang tidak menyentuh sama sekali hal-hal ilmiah.
2. Adanya kesan menghubungkan kreativitas dengan pendekatan perdagangan yang pada akhirnya mengurangi pendalaman teori psikologi dan riset psikologi.
3. Teori dan metodologi yang digunakan untuk kreativitas, awalnya terpisah dari teori dan psikologi secara empirik. Terkadang hasil dari hasil dari studi kreativitas tersebut dapat dijadikan pelengkap terhadap bidang kajian psikologi secara keseluruhan.
4. Munculnya permasalahan definisi dan ukuran-ukuran kreativitas dalam suatu peristiwa. Yang kurang diperhatikan sebelumnya.
5. Adanya pandangan bahwa kreativitas merupakan hasil dari proses dan struktur yang luar biasa sehingga tidak memerlukan studi kreativitas yang terpisah.
6. Perubahan dari pendekatan ketidakdisiplinan ke kreativitas memiliki kecenderungan untuk memandang bagian kreativitas sebagai keseluruhan peristiwa. Yang terkadang sering membuat kita memandang kreativitas sebagai visi yang sempit sehingga persepsi mengenai kreativitas tidak pernah sungguh – sungguh.

DEFINISI KREATIVITAS

Kreativitas muncul dalam bentuk yang sederhana dalam keseharian kita. Misalnya ketika berada dalam kemacetan, bagaimana usaha untuk keluar dari kemacetan tersebut? Atau saat sepatu hitam yang kita gunakan mengelupas menjadi berwarna kecoklatan padahal harus digunakan untuk acara penting? Seseorang harus menggunakan kreativitasnya untuk membantu memecahkan persoalan walaupun dalam bentuk yang sederhana.

Ada banyak pendapat ahli mengenai kreativitas. Kreativitas merupakan sesuatu yang populer untuk dibicarakan, baik itu dari sudut pandang psikologi maupun bukan. Kreativitas adalah kemampuan menghasilkan suatu pekerjaan atau hasil karya yang baru dan bermanfaat. Selain itu, kreativitas juga menjadi topik yang penting untuk membedakan individu dalam level sosialnya dalam penyelesaian suatu tugas. Namun demikian, semua ahli yang mendalami kreativitas sependapat bahwa novelty merupakan komponen utama dalam kreativitas (Matlin, 1998). Novelty ini merupakan keaslian dan ide yang benar-benar baru serta merupakan penggabungan dari dua hal ataupun dua pemikiran atau lebih. Selain itu, kreativitas tidak hanya dilihat dalam bentuk produk, namun dapat berupa proses. Jika berkaitan dengan produk, maka kreativitas haruslah menghasilkan manfaat atau kegunaan. Sedangkan kreativitas yang berupa proses, maka kreativitas dapat dilihat melalui penggunaannya sebagai alat untuk memecahkan masalah (Weisberg, 1986).

Guilford pada tahun 1950 (Suharnan, 2005) menjelaskan bahwa awalnya para psikolog kurang memperhatikan apa yang disebut sebagai kreativitas. Hal tersebut terlihat pada kurang dari 0.2% saja yang menuliskan permasalahan tentang kreativitas.

Kreativitas dapat didefinisikan sebagai aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau new ideas and useful (Halpern, 1996). Definisi ini mengandung dua hal yang penting bagi kriteria kreativitas, pertama, suatu gagasan dikatakan kreatif apabila memiliki kriteria baru di dalam beberapa aspeknya. Kriteria baru dapat mencakup dua perspektif: psikologis dan budaya (Anderson, 1980). Menurut perspektif psikologis, suatu gagasan dapat dikatakan baru atau orijinal apabila pemikir sendiri belum pernah menghasilkan gagasan itu, meski ditempat lain mungkin orang lain telah menghasilkan gagasan serupa, namun hal ini terjadi secara kebetulan. Sementara itu, menurut perspektif budaya, sesuatu gagasan dianggap baru atau orijinal, jika gagasan itu belum pernah dijumpai di lingkungan budaya masyarakat. Kriteria baru juga tidak berarti bahwa gagasan itu samasekali belum pernah ada, tetapi boleh jadi merupakan suatu gagasan yang dikembangkan dari hasil memodifikasi atau mengubah gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya. Oleh sebab itu (1991) Evan berpendapat bahwa kreativitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga kemampuan menemukan hubungan-hubungan baru dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru.

Kriteria kedua bagi kreativitas adalah kegunaan. Terhadap kriteria kegunaan ini, sebagian ahli berpendapat tidak perlu, yang penting suatu gagasan atau pemikiran memiliki aspek baru. Sebab kegunaan atau aspek praktis dari suatu gagasan seringkali bersifat relatif, tergantung pada suatu budaya, perjalanan waktu, dan tujuan yang diinginkan oleh pemikir sendiri. Sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa selain baru, suatu gagasan kreatif harus juga memenuhi kriteria kegunaan bagi pemikir sendiri atau masyarakatnya. Suatu gagasan baru yang dihasilkan harus dapat berguna bagi penyelesaian masalah atau meningkatkan suatu produk misalnya bertambah baik, efektif, mempermudah atau kompetitif. Namun untuk menghasilkan suatu gagasan atau karya yang memenuhi dua kriteria ini sekaligus bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, lebih baik digunakan pendekatan berpikir normal-realistis sehingga orang dapat memilih mana di antara dua kriteria ini yang lebih diutamakan di dalam proses berpikir kreatif. Bagi suatu gagasan yang dihasilkan oleh berpikir kreatif itu sendiri barangkali yang lebih penting adalah adanya unsur-unsur baru kegunaan bagi penyelesaian tugas atau pemecahan suatu masalah. Adapun menurut Munandar (1992) kratif adalah kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data dan informasi yang ada.

Beberapa istilah kreativitas atau berpikir kreatif yang digunakan oleh para ahli antara lain adalah berpikir divergen sebagai lawan dari berpikir konvergen. Istilah berpikir divergen dan konvergen pertama kali diajukan oleh Guilford (1967). Berpikir konvergen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal ujian umumnya. Sementara itu, berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternatif yang banyak.

Mengapa berpikir divergen dianggap sangat dekat dengan kreativitas? Untuk menghasilkan gagasan-gagasan kreatif (baru dan berguna) akan melibatkan kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas dan elaborasi. Kelancaran adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang banyak. Keluwesan berpikir adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang terdiri dari kategori – kategori yang berbeda – beda, atau kemampuan memandang sesuatu (objek, situasi atau masalah) dari berbagai sudut pandang. Originalitas atau sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai sesuatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran orang-orang pada umumnya. Elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu gagasan pokok ke dalam gagasan–gagasan yang lebih kecil. Perlu diketahui bahwa kebanyakan tes-tes kreativitas disusun berdasarkan teori berpikir divergen ini. Dengan demikian tes-tes kreativitas itu baru mengungkap potensi kreativitas seseorang yang bersumber dari kemampuan berpikir dan masih perlu dilengkapi dengan pengungkapan potensi yang bersumber dari yang lain misalnya saja karakteristik kepribadian. Namun demikian, proses kreativitas setiap orang berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk melakukan kreativitas.

Selain itu, berpikir kreatif adalah sama dengan berpikir lateral. Istilah lateral pertamakali diperkenalkan oleh de Bono tahun 1970. Berpikir lateral adalah berpikir di sekitar masalah atau berpikir dengan bergerak ke samping, bukan bergerak kedepan dan meneruskan apa yang sudah ada. Menurut de Bono ada perbedaan antara berpikir lateral dan vertikal yang diibaratkan di dalam usaha eksplorasi sumber minyak bumi sebagai berikut: Untuk mencari sumber minyak maka seorang pemikir lateral akan menggali lubang di tempat yang lain. Sedangkan pemikir vertikal akan menggali lubang di sumur yang sama atau tempat yang sudah ada sehingga sumur menjadi lebih dalam.

Menurut Decay (1989) ciri orang kreatif adalah memiliki interest, disposisi, manifestasinya terlihat pada rasa ingin tahu yang besar, gemar mengembangkan ide-ide, memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi dan menyukai tantangan. Selain itu, kreatif artinya juga keberanian mengambil resiko dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Oleh karenanya agar seseorang menjadi kreatif perlu pemikiran yang terbuka, bekerjasama dengan orang lain dalam satu tim yang memiliki latar belakang yang berbeda, rajin mempelajari hal-hal baru dengan cara membaca dan berdiskusi. Untuk anak-anak, liburan kreatif dapat meningkatkan kreativitas anak.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan proses kognitif untuk menemukan solusi yang asli dan benar-benar baru. Akan tetapi terkadang berasal dari informasi atau fakta yang sudah ada. Bukan maksudnya meniru. Adapun cara untuk menjadi kreatif adalah berpikir terbuka dan mau mempelajari hal-hal yang baru.

AREA KREATIVITAS

Csikszentmihalyi (1996) dalam bukunya mengatakan bahwa kreativitas adalah sesuatu yang merubah beberapa aspek dari budaya, dan tidak hanya terdapat pada pikiran seorang manusia. Agar dapat memberikan pengaruh, ide haruslah dituliskan dalam istilah-istilah atau ucapan-ucapan yang dapat dimengerti oleh orang lain, ide itu harus dapat diterima oleh para ahli yang ada pada field tersebut, dan pada akhirnya ide tersebut harus termasuk dalam domain budaya dimana ide itu berada.

Kreativitas dapat dilihat dalam hubungan yang ada pada sistem, dimana dalam sistem tersebut terdapat 3 komponen utama, yaitu domain, field, dan person. Penjelasannya sebagai berikut:

Domain

Domain terdiri dari kumpulan simbol-simbol aturan dan prosedur. Domain dapat dikatakan sebagai budaya atau simbol pengetahuan yang diyakini oleh masyrakat.

Field

Field berperan sebagai filter bagi domain, dimana tugasnya untuk memutuskan apakah ide atau produk baru dapat dimasukkan kedalam domain.

Person

Kreativitas terjadi ketika orang menggunakan simbol yang ada pada domain, contohnya musik, teknik, bisnis untuk membuat atau menemukan ide atau pola baru, dan ketika sesuatu yang baru ini oleh para ahli yang ada pada field dimasukkan pada domain yang sesuai. Pada generasi mendatang, sesuatu yang baru ini akan ditemukan sebagai bagian dari domain, dan jika mereka kreatif, mereka akan mengembangkannya lebih jauh.

PROSES KREATIVITAS

Dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut konsep kreativitas proses kreatif diartikan bersibuk diri secara kreatif yang menunjukan kelancaran, fleksibilitas (keluwesan, orisinalitas dalam berfikir dan berperilaku).

Csikszentmihalyi (1996) dalam bukunya mengemukakan bahwa proses terjadinya kreativitas dilalui dalam lima fase:

1. Preparation atau persiapan. Pada fase ini dilakukan proses pencarian, tertarik dan timbul rasa ingin tahu pada suatu permasalahan.
2. Incubation atau pengeraman. Ketika masalah itu muncul walaupun kita melakukan pekerjaan lain bukan berarti kita melupakan masalah itu tetapi kita erami dulu
3. Insight atau pemahaman. Fase dimana telah terjadi pemahaman akan permasalahan atau masa dimana kita telah menemukan kunci jawaban dari permasalahan.
4. Evaluation atau evaluasi. Mengecek untuk mengetahui apakah pemecahan itu berhasil atau mengalami kendala.
5. Elaboration atau perluasan. Proses elaborasi mencakup bagaimana ide itu dapat dikembangkan, Edison berkata bahwa kreativitas terdiri dari 1% inspirasi dan 99% partisipasi. Jadi apabila hanya ide-ide saja tanpa ada proses untuk mewujudkannya, maka kreativitas tidak akan terjadi.

Sedangkan menurut Halpern (1996), proses kreatif digambarkan sebagai :

1. Sensitivity (kepekaan) : adalah penggunaan alat-alat indera misalnya penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai jendela untuk mengetahui dan menguasai dunia atau lingkungan
2. Synergy (penggabungan) : menggabungkan bersama bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna. Proses menggabungkan antara dua kawasan, bidang ilmu, atau pendekatan menjadi suatu bentuk yang lain atau baru. Misalnya, pesawat ampibi adalah penggabungan antara konsep pesawat terbang dengan kapal laut.
3. Serendipity (keberuntungan) : adalah suatu penemuan yang terjadi secara kebetulan atau tanpa direncanakan akibat adanya suatu kejadian atau kesempatan. Biografi-biografi para ilmuwan terkenal sering memuat kejadian-kejadian yang bersifat kebetulan atau misterius yang merupakan awal dari sebuah penemuan. Kadang-kadang seseorang dapat menemukan cara yang sebelumnya tidak terpikirkan setelah ia melihat suatu kejadian, atau menghadapi masalah yang harusnya dicari jalan keluarnya.

MEKANISME KREATIVITAS DALAM PROSES KOGNITIF

Beberapa tahun silam, kreativitas dipandang sebagai proses pemikiran bawah sadar (Weisberg, 1986). Ini disebabkan pada saat itu pengaruh teori Freudian sangat besar. Menurutnya, kreativitas berawal dari pikiran bawah sadar (unconscious) yang kemudian akan ditekan menuju pikiran sadar setelah diformulasikan. Namun demikian, selama proses pikiran bawah sadar tidak pernah bisa diketahui, maka proses kreativitas menurut konsep ini pun tidak dapat dipahami.

Sekarang ini, beberapa ahli mulai menjelaskan mekanisme kreativitas secara lebih jelas dan mendalam. Dijelaskan oleh Wallas bahwa kreativitas melibatkan empat tahapan, yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi (Bogen & Bogen, 2003). Selama persiapan, informasi diserap. Selama proses inkubasi, informasi selesai diserap. Selama proses iluminasi, penyelesaian masalah akan muncul, dan selama verifikasi, produk akhir diciptakan.

Pendapat lain disampaikan oleh Gabora (2002) yang menegaskan bahwa proses kreatif melibatkan perubahan pemikiran dari berpikir asosiatif menjadi berpikir kausal (sebab-akibat). Dalam pemikiran asosiatif dimungkinkan mencari hubungan satu dengan yang lain, tetapi korelasi tersebut bukanlah solusi dan bisa jadi tidak sesuai jika diterapkan. Proses asosiatif ini menggantikan proses persiapan dan inkubasi dalam mekanisme kreativitas. Kemudian berubah menjadi berpikir kausal (sebab-akibat) termasuk dalam berpikir analitis untuk mencari solusi yang sesuai. Proses ini menggantikan tahapan iluminasi dan verifikasi dalam mekanisme kreativitas.

CIRI & STRATEGI KREATIVITAS

Kreatif merupakan bagian dari proses berpikir dan perilaku manusia. Proses ini cenderung bersifat divergen dan dicirikan sebagai kemampuan untuk menggeneralisasikan beberapa ide menjadi lebih kompleks. Williams (dalam Wilson, 2004) mengemukakan beberapa elemen yang menjadi sifat dari produk maupun proses kreatif:

1. Fluency – Kemampuan untuk menggeneralisasikan sejumlah ide sehingga memungkinkan terciptanya pemecahan masalah yang kreatif.
2. Flexibility – Kemampuan untuk memproduksi persepsi secara berbeda dengan memunculkan beberapa ide untuk memecahkan persoalan yang sama.
3. Elaboration – Kemampuan untuk menambah, mengemas, atau menciptakan suatu ide atau produk kreatif.
4. Originality – Kemampuan untuk menciptakan ide atau produk yang baru, unik, tidak biasa, segar, atau benar-benar berbeda.
5. Complexity – Kemampuan untuk mengkonsep ide atau produk yang sukar maupun rumit.
6. Risk-taking – Keinginan untuk berani mencoba hal-hal baru
7. Imagination – Kemampuan untuk bermimpi, menemukan, melihat, berpikir, serta mengkonsep ide atau produk baru menjadi sebuah bakat.
8. Curiosity – Sifat untuk menunjukkan perilaku keingintahuan, bertanya, mencari, melihat ide-ide lebih mendalam, dan keinginan untuk mengetahui lebih banyak mengenai suatu hal.

Kreativitas merupakan bagian dari proses kreatif yang menjadikan seseorang layaknya investor ulung. Hal ini dikemukakan oleh Sternberg dan Lubart (1995) dalam “The Investment Theory” sebagai strategi untuk mencapai kreativitas. Teori ini dianalogikan dengan investor yang ulung dalam bidang keuangan, maka diharapkan orang-orang kreatif ulung dalam dunia ide sehingga mereka cenderung membeli dengan harga rendah dan menjual dengan harga tinggi. Ketika ide-ide kreatif dikemukakan, biasanya secara umum akan dipandang aneh, tidak biasa, bahkan konyol dan cenderung ditolak dengan penuh kecurigaan dan hinaan.

Investor yang kreatif memiliki atribut-atribut penting yang melekat dalam dirinya, meliputi inteligensi, pengetahuan, motivasi, lingkungan yang mendukung, gaya berpikir yang sesuai dan kepribadian (Matlin, 1998). Hal tersebut diperkuat oleh penelitian Andrews (1975) yang menegaskan bahwa seseorang yang memiliki atribut kreatif pun jika tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar maka proses kreatifnya tidak akan berjalan. Namun demikian, kecerdasan sebagai atribut kreativitas pun dapat menjadikan hilangnya proses kreatif seseorang ketika muncul konformitas intelektual yang umumnya terjadi pada orang-orang dewasa (Sternberg & Lubart, 1995).

Sternberg (2001) menjelaskan bahwa inteligensi merupakan dasar bagi munculnya kreativitas. Untuk bisa menghasilkan sesuatu yang kreatif, perlu dilakukan proses berpikir analisis terhadap ide-ide asli dan baru. Dengan demikian, sangat masuk akal jika dikatakan bahwa kreativitas berkaitan erat dengan inteligensi karena ada proses kognitif dalam kreativitas. Dengan inteligensi yang lebih tinggi, maka pengetahuan dapat diperoleh, sehingga pemikiran analitis dapat dilakukan untuk mengkaitkan satu ide dengan ide lain. Atau dengan kata lain kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang bergantung pada kemampuan menerima informasi (belahan otak kiri), pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang sebelumnya. Sedangkan intelegensi bersumber pada otak kiri berperan memproses daya kreativitas tersebut.

Cara berpikir yang analitik disebut juga dengan algoritmis. Meskipun kreativitas bersifat heuristik, dapat diartikan dengan tidak adanya aturan baku dan disebut dengan pengtahuan empirik. Namun berpikir analitik dapat membantu mendapatkan ide baru (aha – eureka) atau kreativitas itu sendiri.

Selain itu, gaya berpikir yang sesuai dalam proses kreatif menuntut keseimbangan dan aplikasi dari ketiga kemampuan berpikir berikut:

1. Syntetic – Secara tipikal dikatakan sebagai kreativitas. Sintetis merupakan kemampuan untuk menggeneralisasikan ide yang menarik serta novel (asli & baru). Individu yang kreatif cenderung sebagai pemikir sintetis yang mampu membuat hubungan antara beberapa hal yang oleh orang umum tidak mampu dikenali secara spontan.
2. Analytic – Secara tipikal dikatakan berpikir kritis. Individu dengan kemampuan ini mampu menganalisis dan mengevaluasi ide. Hal ini digunakan untuk menguji dan melihat pengaruh dari ide-ide kreatif.
3. Practical – Kemampuan untuk memahami teori dan ide abstrak ke dalam praktek atau aplikasi. Implikasi dari investment theory adalah ide-ide yang bagus tidak akan ‘terjual’ dengan sendirinya, harus ada ‘pembeli’ yang akan mengambil manfaat atau nilai dari produk kreatif.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi performansi kreatif seseorang, Antara lain:

Inkubasi

Terkadang dalam menghadapi suatu persoalan yang rumit, solusi tidak segera muncul dalam pemikiran. Namun ketika pemikiran disitirahatkan dari persoalan-persoalan tersebut, beberapa waktu kemudian muncullah solusi yang tepat. Ini disebut dengan inkubasi, yaitu suatu situasi ketika solusi permasalahan tidak sukses, kita beristirahat sebentar dari memikirkan permasalahan tersebut, dibandingkan terus menerus memikirkan solusinya tanpa berhenti (Smith, 1995). Beberapa teori mengatakan bahwa selama proses inkubasi terjadi, mekanisme yang bekerja berada dalam pemikiran bawah sadar. Hal ini menunjukkan bahwa solusi yang kreatif akan muncul setelah proses inkubasi terjadi sehingga kreativitas memiliki peran penting bagi pemecahan masalah.

Faktor sosial

Amabile (dalam Matlin, 1998) menunjukkan bahwa kelompok cenderung kurang kreatif apabila mereka mengetahui bahwa kinerja mereka sedang dievaluasi. Selain itu, penelitian lain menyebutkan ketika sejumlah mahasiswa diminta untuk membuat puisi, separuh dari mereka dijelaskan bahwa puisinya akan dinilai dan separuh yang lain dibiarkan saja. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang dibiarkan saja tidak diberikan instruksi menghasilkan puisi yang penuh dengan kreativitas dan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial memberikan pengaruh terhadap kreativitas seseorang.

Kirim Artikel ini kedalam bentuk PDF Ke Email Saya

Menumbuhkan Kreativitas di Tempat Kerja

http://notivication5.blogspot.com/bentang_kilat@ymail.com


Anda mungkin sependapat dengan saya bahwa Garin Nugroho, sutradara penuh bakat yang telah meraih berbagai penghargaan di dalam maupun luar negeri, adalah seseorang yang sangat kreatif. Kreativitas beliau dapat terlihat dari karya-karyanya yang cenderung lain dari pada yang biasanya. Ditengah-tengah suasana dunia perfilman dan sinetron Indonesia yang cenderung menonjolkan kemewahan & thema-thema yang jauh dari realitas (dunia mimpi), Garin mampu melahirkan film-film yang berkisah tentang realitas kehidupan dan dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, Garin dapat memadukan antara kemampuan mengexplorasi berbagai realitas yang ada ke dunia film/sinetron dengan prinsip-prinsip seni. Sehingga hal-hal yang sederhana menjadi menarik dan penting, meskipun di Indonesia belum banyak orang yang memahami hal itu.

Pertanyaan kita adalah bagaimana seseorang bisa begitu kreatif sementara yang lainnya tidak. Apakah kreativitas dapat dipelajari? Jika ya, bagaimana menumbuhkan kreativitas di tempat kerja?

Menurut para ahli, seseorang yang kreatif selalu melihat segala sesuatu dengan cara berbeda dan baru, dan biasanya tidak dilihat oleh orang lain. Orang yang kreatif, pada umumnya mengetahui permasalahan dengan sangat baik dan disiplin, biasanya dapat melakukan sesuatu yang menyimpang dari cara-cara tradisional. Proses kreativitas melibatkan adanya ide-ide baru, berguna, dan tidak terduga tetapi dapat diimplementasikan.

Tahap-Tahap Kreativitas

Secara umum tahapan kreativitas dapat dibagi dalam 4 tahap: Exploring, Inventing, Choosing dan Implementing.

Exploring. Pada tahap ini pekerja atau businessman mengidentifikasi hal-hal apa saja yang ingin dilakukan dalam kondisi yang ada saat ini. Sekali mereka mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut maka proses kreativitas sudah dimulai.Hal penting yang harus diperhatikan pada saat ini adalah menciptakan iklim yang menunjang proses berpikir kreatif

Inventing. Pada tahap ini, sangat penting bagi perusahaan untuk melihat atau mereview berbagai alat, teknik dan metode yang telah dimiliki yang mungkin dapat membantu dalam menghilangkan cara berpikir yang traditional.

Choosing. Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasi dan memilih ide-ide yang paling mungkin untuk dilaksanakan.

Implementing. Tahap akhir untuk dapat disebut kreatif adalah bagaimana membuat suatu ide dapat diimplementasikan. Seseorang bisa saja memiliki ide cemerlang, tetapi jika ide tersebut tidak dapat diimplementasikan, maka hal itu menjadi sia-sia saja. Sama saja dengan syair lagu "layu sebelum berkembang".

Model Kreativitas

Menurut Charles Prather, dalam bukunya Blueprint for Innovation, gaya atau model kreativitas seseorang bersifat menetap. Prather membagi 2 gaya kreativitas:

Adaptive Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam bekerja cenderung menggunakan kreativitas untuk menyempurnakan system dimana mereka bekerja. Hal-hal yang terlihat pada orang yang memiliki gaya ini adalah bahwa mereka akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat system menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih murah dan efisien. Apa yang mereka lakukan akan dapat dilihat hasilnya secara cepat. Oleh karena itu mereka lebih sering mendapat penghargaan.

Innovative Problem Solving. Orang-orang yang memiliki gaya ini dalam bekerja cenderung untuk menantang dan mengubah sistem yang sudah ada. Mereka dapat disebut sebagai "agent of change" karena lebih memfokuskan pada penemuan sistem baru daripada menyempurnakan yang sudah ada. Dalam perusahaan mereka dapat dilihat pada bagian-bagian yang melakukan riset, penciptaan produk baru, mengantisipasi kebutuhan pelanggan tanpa diminta, dan orang-orang yang menjaga kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.

Hambatan untuk Berpikir Kreatif

Meskipun kreativitas dan inovasi sangat dihargai di banyak perusahaan, namun hal tersebut tidak selalu dikomunikasi kepada para pegawainya. Perusahaan bahkan seringkali tidak memberikan ruang gerak bagi para pekerjanya untuk berkreasi dan berinovasi. Banyak perusahaan di Indonesia merupakan contoh dimana ide-ide kreatif hanya berakhir diruang-ruang rapat semata.

Hambatan lain yang mengganggu kreativitas adalah jika pekerjaan yang kita jalani tidak sesuai dengan minat dan bakat yang kita miliki. Selain itu gaya kreativitas yang dimiliki tidak "match" dengan tuntutan pekerjaan sehari-hari. Contoh: gaya kreativitas Anda adalah sebagai "agent of change" tetapi pekerjaan Anda lebih bersifat rutin, mekanistik dan menuntut anda untuk melakukannya sesuai dengan aturan atau prosedur yang sudah baku.

Hambatan lain datang dari unsur psikologis. Untuk menjadi kreatif seseorang harus berani untuk dinilai aneh oleh orang lain. Lihat saja para penemu dan seniman-seniman besar yang pada saat menciptakan karyanya seringkali dianggap "gila". Nah, karena itu tidak semua pegawai siap untuk berbeda pendapat/ide dengan orang lain meskipun ide tersebut kemudian terbukti benar. Pola pendidikan kita yang kurang mendorong adanya variasi atau perbedaan pendapat juga sangat mendukung kurangnya kreativitas pegawai.

Menumbuhkan Kreativitas

Pada dasarnya kreativitas dapat terjadi di semua bentuk organisasi atau perusahaan sejauh organisasi tersebut menghargai atau mendorong individu-individu untuk berkreasi. Jika tidak, maka individu yang kreatif akan menjadi frustrasi dan selanjutnya terjebak dengan rutinitas yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian, untuk menciptakan kreativitas dibutuhkan lingkungan kerja kondusif yang menyenangkan (fun), penuh rasa humor, spontan, dan memberi ruang bagi individu untuk melakukan berbagai permainan atau percobaan. Membentuk lingkungan yang kondusif seperti itu sangatlah tidak mudah bagi sebuah organisasi. Mendorong kreativitas dalam dunia kerja menuntut iklim yang permissif terhadap existensi individualitas dan penerimaan terhadap rasa humor, disamping tetap memegang teguh rasa hormat, kepercayaan dan komitment sebagai norma yang berlaku.

Salah satu cara terbaik untuk mendorong kreativitas dan inovasi dalam sebuah perusahaan adalah dengan cara mengukur sejauhmana hal tersebut telah dilakukan. Perusahaan dianjurkan untuk memasukkan unsur kreativitas dan inovasi ke dalam proses evaluasi kerja. Sebagai contoh: masukan unsur penilaian tentang berapa banyak ide dari seseorang atau kelompok (teamwork) yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan. Jika hal ini terkomunikasi dengan baik maka setiap individu akan berusaha untuk memberikan ide secara konstruktif.

Penempatan pegawai dengan konsep the right people with the right job juga merupakan cara yang tepat untuk menstimulasi munculnya kreativitas dan inovasi. Hal ini karena penempatan pegawai pada posisi yang tepat akan mengurangi supervisi sehingga memberikan otonomi bagi individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pekerjaannya.

Root-Bernstein, salah seorang penulis buku Sparks of Genius, mengusulkan pentingnya pegawai untuk keluar dari cara kerja yang rutin sehingga dapat melihat masalah pekerjaan dengan cara yang baru. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut menurut Bernstein perlu dilakukan brainstorming secara regular. Dengan melakukan brainstorming pegawai diharapkan dapat memberikan ide dan solusi yang baru. Selamat mencoba.(jp)


Ide Kreatif Berkembang di Lingkungan yang Dinamis


Created By : Eja Tedza

ide-kreatif
Seringkali kita merasa sulit atau mandek mencari ide-ide atau gagasan kreatif. Bahkan untuk mendapatkan sebuah ide saja, rasanya otak ini sudah buntu. Apakah itu berarti kitanya yang memang tidak berbakat kreatif ? Apakah itu juga pertanda kita termasuk golongan manusia yang tumpul ?

Tidak juga …

Sebelum menyalahkan diri sendiri, ada baiknya kita melihat sekeliling. Perhatikan baik-baik.

Apakah lingkungan kita dinamis ?
Apakah orang-orang di sekeliling kita begitu bergairah ?
Apakah ada semangat yang tinggi terpancar dari ritme kerja/aktivitas ?
Apakah kita dan mereka begitu antusias dengan tantangan ?
Apakah rasa saling menghargai dan mendukung begitu kental?

Kalau semua pertanyaan tadi dijawab dengan “YA” berarti memang tak ada yang salah dengan lingkungan kita. Mari berkaca melihat diri sendiri.

Namun jika jawabannya adalah “TIDAK”, sepertinya memang ada yang ’salah’ dari lingkungan kita.

Ide Kreatif Berkembang di Lingkungan yang Dinamis …

Suatu kondisi yang nyaman dan dinamis sangat dibutuhkan untuk menyuburkan lahan-lahan ide kreatif. Lingkungan yang dinamis berarti penuh dengan semangat dan tenaga untuk bergerak maju. Lingkungan dengan budaya ‘open mind’ juga memberikan ruang gerak yang sehat untuk berkreasi.

Sebuah pengamatan …

Sebut saja Anang. Ia bekerja di sebuah Event Organizer. Meja kerjanya penuh dengan prakarya buatan sendiri, asli. Mulai dari photo-photo pribadinya dengan badut Ancol sampai dengan gambar aneka binatang yang jauh dari sempurna.

Tapi Anang percaya diri …

Setiap kali terlintas ide kreatif untuk menghias mejanya, ia selalu catat dan beraksi membuatnya. Entah itu berupa pin warna-warni atau kartu pos dengan desain dan photo yang lucu-lucu .

Teman-temannya juga sangat positif. Mereka terkadang meminta Anang untuk membuat prakarya yang nantinya dipajang di meja mereka. Bukan hanya meja yang jadi korbannya. Terkadang kaos oblong Anang pun penuh dengan desain-desain unik buatan sendiri, asli.

Dan sekali lagi, teman sekantornya selalu memujinya jika ada saja produk baru hasil ide kreatifnya. Ide kreatif Anang bukan saja untuk kesenangan semata. Tapi justru bergulir dalam ritme kerja dan mendukung profesinya di dunia Event Organizer, sebuah dunia yang sangat membutuhkan ide kreatif.

Itu sebuah contoh lingkungan yang dinamis. Lingkungan yang dinamis mendukung individu untuk bergairah mencetuskan ide-ide kreatif. Mendorong mereka membangun komunitas yang solid dan saling mendukung. Yang pada akhirnya memberikan kontribusi nyata untuk kemajuan organisasi.

Nah bagaimana dengan lingkungan (kerja) Anda ?

Sudah cukup dinamiskah ?

Kreatifitas: Sebuah Pemberian atau Hasil Perjuangan??

http://notivication5.blogspot.com


Submitted by eja sutedza
ide, ide, dan ide



ide, ide, dan ide

Setelah blogwalking di blog favorit terbaruku yang sangat inspiring karena memang berisi tentang ide-ide kreatif sang penulis, menimbulkan pertanyaan sebenarnya kreatifitas itu datang sendiri ataukah hasil dari perjuangan kita dalam mengasah kreatifitas itu sendiri.

bila kita belajar dari perjalanan hidup orang-orang kreatif seperti Yoris Sebastian sepertinya kretaifitas tidak datang begitu saja, walaupun memang sepertinya sudah ada bakat-bakat tertentu pada orang-orang kreatif di luar sana, tapi taukah Anda bahwa ternyata kreatif juga bergantung sejauh mana Anda dapat berpikir positif terhadap diri Anda sendiri, setidaknya itulah yang dikatakan oleh Yoris Sebastian sebagai orang yang kadar kreatifitasnya di atas rata-rata orang normal lainnya.

Lebih dalam kita lihat ke dalam seorang Yoris Sebastian, ternyata dia merupakan seorang yang pantang menyerah apalagi dalam melakukan hal-hal yang disukainya. Benar juga yang dikatakan bahwa Creativity will come when you’re happy, saya pun pernah mengalaminya, tiba-tiba saya memiliki ide yang menurut saya cukup oke ketika dihadapkan pada sebuah masalah dalam bidang yang sangat saya sukai yaitu Web Development.

Masalah demi masalah yang datang membuat cara berpikir kita menjadi semakin luas diiringi dengan pengalaman yang semakin bertambah pula dalam menghadapi sebuah masalah, kuncinya hanya satu yaitu sejauh mana kita bisa belajar dari masalah yang kita hadapi saat ini dan pastikan ketika masalah ini datang lagi kita akan dapat menanganinya dengan cepat dan tepat karena sudah pernah bertemu sebelumnya.

dengan semakin banyaknya masalah yang dihadapi, kemampuan kita dalam mencari kemungkinan-kemungkinan jalan untuk memecahkan masalah juga semakin tajam, layaknya sebuah pisau yang terus diasah otak kita pun demikian dan akhirnya sense of solutiveness pun meningkat.

jadi saya percaya bahwa kreatifitas bukanlah hal yang didapat begitu saja, namun juga bagaimana kita mengasah sekecil apapun bakat yang kita dapatkan, bila kita analogikan semua manusia layaknya semua prajurit yang diberikan senjata. Tidak ada prajurit yang tidak memegang senjata, seperti kita tidak ada satupun dari manusia normal yang tidak berakal, namun skill prajurit sangat ditentukan oleh bagaimana ia berlatih dan bagaimana ia mengasah senjatanya, begitupun kita. Kretafitas yang ada tergantung dari sejauh mana kreatifitas itu dilatih dan sebanyak apa kreatifitas itu digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada setiap diri manusia.